Friday, August 18, 2023

Syndrom After Healing atau Post After Holiday atau Post After Vacation

Jika kita bekerja di lingkungan toksik atau punya partner lingkungan dekat yang toksik pastinya selepas healing berapa lama pun dilakukan, pas masuk ketemu dengan suasana/ orang toksik ini pasti akan mempengaruhi kekotoran kepala kita (lagi).

Padahal saya punya kepala sudah cukup terfresh tour touring the Java dua hari, eh pas masuk suasananya langsung menyebalkan.


Ilustrasi, Google

Untuk pelarian, sambil kerja kadang kepala masih mikirin suasana pada jam yang sama ketika waktu healing kemarin, saya lagi ngapain ya, membayangkan apa yang terjadi kemarin dan membandingkannya dengan situasi saat ini.

Jika bisa diswap time, ya ingin begitu (lagi). Tapi ya kan time move to front, gak bisa balik mundur, jadi ya mau gimana lagi.

Saya menamai ini sebagai 'syndrom after healing'. Biasanya terjadi jika lingkungan dimana kita kembali ke aktivitas sehari-hari itu tidak begitu sehat mendukung kesehatan mental kita.

Seperti yang sedang saya alami pagi ini, kepala saya ini masih membayangkan suasana ketika saya berada di waktu liburan kemarin, meskipun hanya luntang-lantung, bingung cari tempat berteduh karena sepanjang jalan panasnya lumayan, tapi itu tetap menyenangkan. Dibandingkan ketika kita sedang asyik bekerja, tapi suasana toksik itu mengganggu.

Terkadang menghadapi hal yang toksik itu lebih banyak kita yang harus mengalah, justru 'racun' itu bukannya dibuang malah kita yang harus menyingkir. Mengapa konsepnya selalu seperti itu?

Tapi meski lingkungan tidak toksik sekalipun, ketika kita sedang rileks, kepala ini tiba² memikirkan flashback ke belakang ketika kita healing, kembali menikmati dalam virtual apa yang sudah terjadi kemarin.

Hal ini juga masuk ke dalam syndrom after healing. Entahlah ini ilmiah atau tidak, tapi saya berpikir berdasarkan logika saja, dari yang dialami.

Kalau saya cari di Google, istilah resmi yang menyerupai atau dengan pemahaman syndrom after healing ini adalah post holiday blues atau post vacation blues. Pengertiannya adalah sekumpulan perasaan negatif yang muncul setelah selesai berlibur.

Logika dan tujuan kita berlibur atau holiday atau healing adalah merefreshing pikiran, tubuh agar lebih bersemangat lagi pada rutinitas yang biasanya. Namun yang terjadi umumnya adalah hal sebaliknya.

Ketika mengalami sindrom ini, kamu akan cenderung tidak bersemangat ataupun produktif dalam bekerja. Akibatnya, pekerjaanmu menjadi terbengkalai.

Gejala yang muncul pada sindrom ini tidak jauh berbeda dengan gangguan kecemasan ataupun gangguan emosi. Contohnya seperti insomnia, mudah lelah, kesulitan berkonsentrasi, kecemasan, hingga sedih yang berkelanjutan.

Hal ini, secara sederhana disebabkan oleh perasaan bahwa liburan telah selesai dan harus segera kembali ke rutinitas biasa. Kamu tidak lagi merasakan kegembiraan atau semangat yang sama dengan saat kamu berlibur.

Jika dikelompokkan, post syndrom holiday ini disebabkan beberapa hal, dan ini bisa dicegah guna menanggulanginya, sbb.:
# Financial stress
Kalau ini urusannya dengan uang. Kita semua tahu, bahwa berlibur itu minimal membutuhkan uang. Bahkan berlibur yang paling sederhana sekalipun, seperti kemping di alam, itu juga butuh uang walau jumlahnya lebih minimal daripada yang pergi² jauh keluar kota.

Biasanya, jika misalnya liburannya atau healingnya pergi keluar kota, nginap, kemudian biaya transportasi dan biaya² lain pasti muncul dan semua itu dikeluarkan di depan, ada juga yang sampai menguras rekening tabungan, kondisi ini akan menimbulkan masalah baru, stres uang tabungannya habis. Jika pengeluaran masih di bawah rencana itu gak masalah, tetapi jika pengeluarannya itu lebih besar daripada rencana pasti akan jadi bahan pikiran untuk nombok. Entah dari hutang atau 'menyauri' membayar pinjaman.

Solusinya, berliburlah mengikuti budgetmu, jangan mengikuti keinginan² tiada henti dan ngikuti arus. Karena liburan atau healing dengan cara yang lebih efisien pun banyak pilihannya.


# Perasaan kehilangan
Ketika berlibur atau healing, kita ini berkumpul bersama teman² atau kerabat, nah kesempatan itu pastinya memberikan kebahagiaan tersendiri. Berada di sekeliling orang tersayang.

Setelah liburan usai, kita pasti kembali ke  aktivitas normal, yang tadinya kumpul dengan kerabat akhirnya harus berpisah. Situasi inilah yang memberikan sensasi 'perasaan kehilangan'.


# Seasonal affectif disorder
Kalau ini istilahnya agak 'keminggris', apa sih sebenarnya? Jadi maksudnya adalah ada perubahan suasana dan pola aktivitas, saat ketika berlibur dan saat sudah kembali ke aktivitas rutin. Meskipun hanya berlangsung singkat, waktu² ketika kita sedang berlibur itu akan berbekas dalam ingatan. Nah ketika kita kembali ke kebiasaan rutin, perubahan suasana ini yang membuat 'stres'.

Jika lingkungan aktivitas keseharian itu membahagiakan maka efek stres yang terjadi tidak begitu kuat, pasti kita akan bisa menyesuaikannya.

Hanya saja kenyataannya, kebanyakan yang terjadi itu tidak seideal itu, yang ada adalah aktivitas rutin itu justru jadi sumber 'penyakit', jadi walau itu rutin biasa dilakuin selama ini, ketika polanya yang tadinya happy eh berubah ke gak happy pasti buat stres.


# Kesehatan mental
Nah kalau ini masalah mentalmu sudah terganggu ya, kalau yang ini sih lebih baik konsultasi ke psikolog deh. Soalnya ketika berlibur tidak bermanfaat signifikan, eh sepulang liburan kembali ke rutinitas malah makin memperparah stres yang dialami.


Kalau saya sih alami poin #1, #2 dan #3 saja ya, dan itu normal sih ya. Hmm menurut saya normal, tapi buat orang² gila kerja, yang menurut saya normal ini tentu tidak normal, dan menurut mereka adalah "lemah".

Ya biar aja, gak usah ambil pusing dengan tipe orang begitu. Karena itulah orang toksik yang saya maksud menjadi faktor munculnya syndrome after healing, menurut saya. Karena ini postingan saya yang buat jadi memang ini saya buat berdasarkan apa yang saya alami. Jadi jika penganut paham yang berbeda lebih baik menyingkir. Maklum lagi agak sensi dengan orang² toksik yang tidak realistic, yang saat ini berada di lingkungan saya bekerja.

Ya begitulah kira², postingan ini saya buat ketika saya sedang merasakan syndrome after healing, ketika saya dihadapkan pada manusia toksik. Untuk mengalihkan stres saya luapkan di postingan ini, dan itu jauh lebih baik.

Jika ingin lepas dari sini, ayolah berpikir untuk bekerja sendiri saja, lepaskan semuanya dan mulai semuanya dari nol, lelah dan hasilnya bisa dinikmati sendiri.


Sampai jumpa dipostingan yang lainnya lagi, bahas hal² yang gak jauh dari menyehatkan pikiran sendiri, walaupun awalnya selalu diawali pikiran atau respon dari sesuatu yang toksik yang tidak mengenakan bagi diri sendiri. Hal (-) direspon (-) berharap menjadi sesuatu yang (+) untuk diri sendiri. Karena saya pikir banyak juga orang² lain mengalami hal yang sama, hanya mereka tidak menuliskannya dan hanya disimpan di kepala, karena memory otak mereka lebih besar daripada saya, sehingga karena ketidakmampuan otak saya menyimpan ya, di sinilah saya simpan. - THN

#onedayonepost
#umum
#opini

2 comments:

  1. Hari ini sy rasakan kelelahan yang sangat, karena akhir pekan ini benar² melelahkan.

    Ditambah pas Senin masuk ini aktivitas bersama orang toksik.

    ReplyDelete
  2. Hari ini sy juga rasakan hal yang sama ... karena akhir dan awal pekan lalu habis healing camp di Hutan Cempaka Camping Ground, suasana nyaman di sana masih belum bisa move on.

    ReplyDelete