Kisah dan cerita yang tidak menyenangkan ketika tinggal bersama saudara atau keluarga (kakak) yang sudah berkeluarga, selalu tidak menyenangkan. Mungkin ada yang menyangkal ini, boleh saja.
Namun cerita yang banyak terjadi realitanya adalah sebaliknya.
Walau di depan nampak 'baik-baik saja' tapi pada akhirnya kesimpulan² yang sudah terbentuk dari kisah² sebelumnya oleh orang² yang sudah mengalaminya mengamini bahwa benar adanya, "tinggal bersama saudara yang telah menikah dengan keluarga intinya, tidak lebih menyenangkan daripada tinggal sendiri."
Bahkan ya, jika bisa memilih mundur ke belakang, tinggal bersama orang tua kandung jauh lebih baik daripada harus ikut tinggal bersama 'mereka' (baca: keluarga kakak).
Ilustrasi, gambar diambil dari Google
Selain mendengar kisah dari teman atau orang lain yang saya gak begitu kenal dengan keluarga atau karakter keluarganya, saya juga mendengar dari orang dekat keluarga saya sendiri, dan memang itulah kenyataan yang terjadi.
Saya sendiri belum dan tidak mengalami itu. Jadi memang ini murni apa yang saya dengar dari orang lain, baik itu memang orang lain atau keluarga dekat.
Sejak awal, sejak saya dengar cerita² seperti ini, misalnya "tinggal di rumah saudara ketika kita merantau itu tidak membuat kita cukup nyaman, lebih baik tinggal sendiri kos atau kontrak" ; "berbisnis dengan saudara sendiri itu ternyata tidak cukup baik untuk jalannya bisnis" ; "meminjam uang ke saudara sendiri itu ternyata bukan pilihan terbaik, terkadang pinjol lebih baik #sarkasme" ; "kebanyakan mertua tidak cocok dengan mantunya" ; "kebanyakan mantu tidak cocok dengan mertuanya" ; "kebanyakan mertua yang berkunjung ke rumah anaknya yang sudah menikah, umumnya selalu tidak betah" ; dll. Banyak kisah² dan kesimpulan² yang ditarik dari realita yang terjadi.
Intinya memang begitulah kesimpulan yang saya terima dari banyak realita yang terjadi, dan saya sangat meyakini itu dan jadi lebih berhati-hati dengan hal ini.
Terutama adalah agar membuat cerita dan kisah yang berbeda dari realita yang terjadi. Karena saya selalu berusaha memilih jalan 'berbeda' dengan apa yang terjadi.
Ternyata itu sulit, yaps sangat sulit melawan itu, bahkan ketika akan mewujudkannya dan menghilangkan faktor² pendukung hal tersebut justru malah digagalkan oleh realita. Intinya memang apa yang disimpulkan di atas apakah memang sudah layaknya harus terjadi?
Kembali ke topik, soal "tinggal bersama saudara yang telah menikah dengan keluarga intinya, tidak lebih menyenangkan daripada tinggal sendiri."
Ini pernah terjadi pada ibu saya, ibu saya pernah bercerita betapa pahitnya tinggal bersama kakak kandung yang sudah menikah. Ketika kakak ipar itu hanya menjadikannya sebagai 'pembantu', dia melupakan status bahwa beliau ini adalah adik iparnya atau adik kandung suaminya.
Itu realita coy! Anda ingin menyangkal? Buktikanlah sendiri! Pada akhirnya kesimpulan ini akan tercipta dengan sendirinya, kalau pun ada yang antimainstream dengan realita ini, akan sangat jarang.
Kesimpulan ini ditarik oleh korban yang mengalami, bukan dari sisi anda yang menyangkal. Jika anda sebagai korban yang menyangkal, saya angkat topi dan itu bisa jadi panutan. Benarkah itu bisa terjadi?
Realita ini terulang oleh adik saya yang bungsu. Yups kami ini tiga bersaudara, saya kebetulan kakak paling pertama dan untungnya dalam hal ini saya belum menikah dan memang sejauh ini saya sudah cukup memahami realita yang seperti ini. Berusaha untuk mempersiapkan untuk melawan dengan cara antimainstream, namun selalu kandas dan gagal.
Kembali ke topik. Nah adik saya yang bungsu ini memilih tinggal bersama kakaknya (nomor 2), kebetulan sudah berumah tangga dengan keluarga kecilnya.
Kebetulan di sana menjalankan bisnis keluarganya. Kebetulan adik saya yang bungsu ini ikut di sana mencoba membantu, karena permasalahan yang sulit mendapatkan orang kepercayaan yang jujur, kebanyakan dari orang lain yang diperkerjakan nyatanya gak jujur, alias penipu dan pencuri.
Sebulan lebih berjalan, lama² pada akhirnya kesimpulan dari realita yang sudah² terjadi akhirnya ya terbentuk dengan sendirinya. Entahlah, ya itulah yang terjadi.
Hingga akhirnya memang terucap apa yang seharusnya terjadi, memang lama² tidak betah, rasanya lebih baik tinggal sendiri saja daripada ikut nebeng, walaupun kerja statusnya.
Hanya saja ekspresi, penerimaan dan aura yang tercipta tidak bisa membohongi realita. Yups, rasanya pahit. Pahit yang sama, yang mungkin pernah dirasakan ibu saya dulu ikut kakaknya ya sedikit bisa dirasakan oleh adik bungsu saya.
Mendengar situasi ini, sebagai kakak, ya bisa jadi tamparan sih. Bisakah saya jadi kakak ini untuk tidak menciptakan realita yang seperti itu, realita yang umum terjadi, bisakah menciptakan rumah atau hunian yang terbuka untuk keluarga mu sendiri atau mertua mu, adik ipar mu, kakak ipar mu atau siapapun yang memang mau tinggal bersama mu dengan maksud baik, sama seperti rumah orang tua yang selalu menerima anak² nya walau mereka ketika dewasa sudah tak tahu diri.
Oh ya, tadi di atas saya beri sebuah catatan 'yang mau tinggal bersamamu dengan maksud baik'. Saya beri catatan itu kenapa, karena ada saja oknum² yang terkadang tidak datang dengan maksud baik, artinya hanya memanfaatkan, hanya mau enaknya saja, morotin, tidak saling mengerti, hingga seenaknya sendiri. Ada yang begini dan gak kalah banyak dari realita yang sedang saya bahas di sini.
Ini jelas tantangan yang memang saya sudah ketahui dan pahami, saya mencoba berusaha melawan realita ini. Hanya saja saat ini memang belum berkeluarga dan saya sangat berhati-hati mencari partner hidup, agar tidak menciptakan realita seperti yang sudah².
Memang agak sulit ketika membahas sesuatu yang belum kita alami sendiri.
Meski begitu saya selama ini sudah mempersiapkan itu. Bahkan sejak saya mulai mengawali hubungan dengan yang pertama dulu, saya tahu apa tantangannya dan saya coba lawan, namun pada akhirnya ada faktor lain yang menggagalkannya, dan saya pikir itu baik.
Kemudian kisah yang kedua pun sama, saya mencoba mengawali dengan baik, namun pada akhirnya faktor utamalah yang menggagalkannya, saya menilai perempuan yang nyatanya busuk dan munafik, mulutnya tak sesuai hatinya, sampah juga.
Saat ini memang ada cerita ketiga, namun jari ini seperti enggan menulisnya meski ide dan gambarannya sudah ada di kepala, tapi tangan dan jari-jemari ini seperti berat menuliskan cerita yang ketiga.
Saat ini saya hanya berpikir, bahwa saat ini jamannya AI, tanpa kita bersusah payah menulis, AI lah yang akan menuliskannya untuk kita. Akankah seperti itu pada cerita ketiga ini?
Kembali lagi ke topik, hingga saat ini saya masih akan mempercayai apa yang saya tulis dijudul dan ditulisan saya di atas tadi.
Bahwa memang "tinggal bersama saudara yang telah menikah dengan keluarga intinya, tidak lebih menyenangkan daripada tinggal sendiri."
Jika kalian punya cerita dan realitas yang berkebalikan dari ini bisa ceritakan dikolom komentar.
Walaupun saya yakin gak akan ada yang mau bercerita tentang aib keluarganya, saya yakin itu. Karena jelas pilihan saya selalu antimainstream. -THN
#onedayonepost
#opini
#coratcoret
Setujuuuuuu 👍👍👍👍. Aku memang ga pernah ngerasain, tapi denger cerita dari mama, yg dulu tinggal pindah2 dari 1 kakak ke kakaknya yg lain. Kebetulan mamaku anak ke 12 dari 12 sodara, dan udh ditinggal nenekku sejak usia 2 THN. Jadi hidupnya pindah2, dan itu ga enak banget. Maka cerita kalo dia jadi hrs kerja bantuin pulang sekolah, kdg dikasarin Ama Kaka ipar, yg lebih parah dipaksa nikah setelah tamat SMU supaya ga bergantung Ama yg lain lagi. JD memang Ama papa ya itu awalnya nikah paksa 🤣. Untungnya papa lumayan mapan, jadi setelah nikah Alhamdulillah hidup mama enak.
ReplyDeleteTapi dari situ dia bilang ke aku dan adik2, jangan pernah tinggal dengan sodara setelah nikah. Mendingan pilih kos. Udh nikah hrs ada tempat tinggal sendiri. Jgn ikut mertua atau sodara. Makanya kami pun setelah nikah, semuanya lepas masing2 mas. Ga pengen hubungan malah jadi jelek gara2 hal begitu..
Prinsipku mendingan jauh tapi kangen2an, drpd Deket tapi berantem
Ternyata memang sama ya, ibu sy juga anak cwe bungsu, ya begitu nasib nya krg mengenakan, ya seperti dipojokan supaya menikah dan ini berbahaya, kalau hoki dapat terbaik seperti pengalaman mbak tadi, kalau apes sih ya sebaliknya.
DeleteJadi kesimpulannya memang benar apa yang tertulis di atas ya.