Wednesday, October 4, 2023

Pernah Disasarkan GMaps? Kenapa Bisa Begitu?

Saya ingat ketika dulu tahun 2010 awal, ketika saya memutuskan merantau ke ibukota, saat itu jamannya belum kaya sekarang, canggih. Hmm, mungkin sudah canggih, hanya saat itu canggih itu belum merata.

Masa² itu saya ingat, akses ke internet hanya bagi orang tertentu saja, orang kaya dengan hape yang canggih, jaman itu istilah smartphone hanya bisa dimiliki eksekutif muda dan orang kaya atau ekspatriat.

Jaman itu memang sudah jamannya Blackberry, sudah paling canggih deh saat itu, ya selain iPhone kali ya. Saya gak begitu paham saat itu.

Jaman itu hape yang saya miliki ya hape Cina qwerty. Itulah hape yang saya miliki. Jaman itu, hape Cina yang paling keren ya model² qwerty, layarnya ada yang sudah besar² tapi belum secanggih sekarang, akses ke internet juga gak sekencang dan setergantung saat ini.

Akses Google Maps juga boro² saya tahu ya jaman itu.

Jadi pas jaman itu, saya memutuskan ke Jakarta dari Cirebon. Saya hanya bermodal nekat, karena saya gak tahu ibukota, saya hanya mengandalkan daya ingat, tahun 2004/2005 saya pernah touring dari Purwokerto ke Jakarta dengan motor, meski saat itu hanya sebagai navigator. Saya hanya andalkan ingatan itu dan 2-3x ke Jakarta dengan kereta api.

Tapi karena gak yakin dengan daya ingat, saya akhirnya membeli peta Jakarta sebagai guide saya selama di ibukota. Saya gak tahu arah sama sekali dan petunjuk saya ya peta. Jadi saya beli peta Jakarta ke Gramedia, dan itulah bekal saya ketika memutuskan ke Jakarta.

Masuk Jakarta, lihat kiri-kanan gedung bertingkat, waktu itu saya ingat masuk di Jl. TB. Simatupang, dulu pertama kali seperti asing sekali.

Bahkan saya sampai keliling² Jakarta hanya mau ke Depok, hanya karena saya salah ambil jalan ketika di Kalimalang, Jakarta Timur. Keliling semua provinsi di Jakarta kecuali Kepulauan Seribu. Masuk Jakarta siang, sampai Depok malam #tepokjidat

Kenapa nyasar, karena saya malu mau buka peta, karena peta yang saya beli di Gramedia ini gak kecil, ketika saya mau buka melihat peta, itu besar sekali kalau dibentangkan, sedangkan saya mau buka peta itu sudah berasa seperti "jendral perang mau menyerang koordinat lawan".

Saya sudah minder dulu lihat kiri-kanan gedung bertingkat dengan lihat orang² Jakarta yang semua serba sibuk dan tampak modern, bakal diketawain ya lihat orang plat luar, sampai buka peta, petanya mana "segede gaban".

Alhasil ketika saya sudah frustasi, peta itu saya buka juga dan akhirnya saya bisa sampai Depok walaupun itu sudah malam hari. Lelahnya benar², sekaligus stres, campur aduk, ya senang juga bisa sampai ibukota dengan selamat.

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Dari pengalaman itu, pada tahun itu, ketika akses internet GPS belum bisa diakses semua orang, sampai ada orang seperti saya harus bawa peta dengan cetakan lebar seperti itu, sampai malu sendiri mau buka itu peta.

Seiring waktu sekarang gak perlu lagi peta segede gitu untuk sekedar mengantar kita atau menunjukan kita pada suatu alamat tertentu. Mau kemana, tinggal ketik Google, maka akan diarahkan kemana, via jalur mana. Penunjuk arah bisa real-time menunjukan, begitu juga dengan perkiraan waktu tempuhnya. Keren kan?!?

Canggih sekali, melihatnya ya bisa dihandphone kita sendiri yang berstatus smartphone. Dulu hanya bisa dimilik orang elit kini siapa saja bisa memiliki.

Bayangkan jika Gojek, Grab dll., mau antar atau jemput konsumen, gak ada penunjuk arah, kalau bingung dia harus buka peta yang ukurannya gak kecil, coba bayangkan, lihat dikiri-kanan jalan ada Gojek, Grab dll., sedang buka peta sampai nyampluk pengendara lain, karena itu peta gede banget, belum lagi kalau ketiup angin, bisa² itu peta nutupin lu punya muka, #malu.


Tapi dibalik canggihnya GMaps bisa membantu menunjukan arah, ada saja ulah dari GMaps ini yang menyasarkan orang yang menggunakan aplikasinya ini.

Ada yang diarahkan sampai semak², pinggir jurang hingga sampai ada tuh yang meninggal dunia karena GMaps salah mengarahkan rute, seperti yang terjadi di Amerika Serikat.

Hmm, saya pikir tadinya kasus GMaps menyasarkan penggunanya hanya terjadi di Indonesia, karena wajar di Indonesia kan banyak jalan² kecil dan sembarang jalur ada. Kalau di luar negeri (dalam hal ini Amerika Serikat) jalannya kan lebar², masa iya bisa kesasar juga.

Tapi pada kenyataannya terjadi juga loh, kesasar bahkan sampai mencelakakan, si korban yang pengguna GMaps ini meninggal dunia.

Jadi ceritanya itu ada seseorang yang menggunakan aplikasi GMaps karena baru pindah rumah ke wilayah yang baru. Si korban ini menggunakan GMaps, dan GMaps ternyata mengarahkan rutenya ke sebuah jembatan yang sudah terputus beberapa tahun lalu, tapi tidak ada notifikasi apapun yang menginformasikan hal tersebut. Kebetulan si korban adalah orang baru yang gak mengenal area tersebut. Akhirnya si pengguna GMaps itu mengalami laka dan tewas setelah terjun dari jembatan putus itu.

Hmm, tragis sekali bukan?!? Bayangkan itu anda atau keluarga atau kerabat anda yang mengalami hal tersebut.

Saya sendiri pernah mengalami, ketika saya ingin menuju Paralayang, Batu. Dari Pasuruan saya diarahkan ke jalur yang saya sendiri gak familier, kala itu saya berkendara dengan mobil. Ealah, saya dibawa melalui rute pinggiran tebing bukit dimana jalurnya hanya cukup untuk satu mobil saja, sedangkan sepertinya jalur itu bukan untuk mobil, jalurnya juga jalur tanah, gimana sih jalan di pinggir bukit, sebenarnya itu adalah jalan akses warga untuk menuju kebun mereka di perbukitan.

Saat itu saya bingung, mau balik arah gak mungkin, mau mundur juga terlalu beresiko, terperosok sedikit saja, wasalam.

Untungnya saya berkendara siang hari, saya hanya bisa berharap maju terus dan jalan tidak buntu atau terputus. Harapan lainnya saya menemukan kendaraan lain, motor atau orang lah, yang bisa saya tanyakan, apakah di depan masih ada jalan yang bisa saya lalui. Ternyata, saya dapat jawaban itu dan akhirnya saya terbebas dari malapetaka ini.

Pengalaman lainnya cukup banyak sih disasarkan GMaps karena aplikasi ini mengarahkan ke rute yang gak lazim untuk dilalui.

Memang ada benarnya, GMaps memberikan jalur itu karena jalur utama macet, padat merayap karena laka atau ada longsor, atau ada hal lainnya, karena alasan² itulah GMaps memberikan rute alternatif yang gak lazim, untungnya sejauh ini saya masih selamat. Bayangkan jika nasibnya seperti pengguna di Amerika Serikat tadi, cilaka sudah saya.

happy travelling don't worry lost if you have Google Maps, as long as your brain is still in your head

Pertanyaannya, kenapa GMaps bisa salah memberikan rute?

Jawaban simpelnya, tidak ada yang sempurna, apalagi itu hanya sebuah aplikasi buatan manusia. Tuhan menciptakan manusia sebagai makluk paling sempurna saja, ada ketidaksempurnaannya, itu sekelas Tuhan penguasa alam semesta, apalagi hanya buatan manusia, yang mana manusia sendiri saja diciptakan Tuhan. Apa yang dibuat jadi bisa sangat diwajarkan jika GMaps itu bisa saja salah.

Tapi bukan itu jawabannya.

Jadi seperti yang kita ketahui, GMaps merupakan aplikasi yang dibangun berdasar kumpulan data geospasial atau objek yang ada di atas permukaan bumi (jalan, gedung, rumah, dan sebagainya) dari tiap wilayah.

Data geospasial itu berfungsi untuk memperjelas atau melengkapi informasi dari citra pada suatu tempat yang dikirimkan satelit ke aplikasi Google Maps di gadget pengguna.

Dimana aplikasi ini membutuhkan akses inputan sumber informasi atas banyak hal. Data tersebut bersumber dari institusi resmi dan kredibel yang berwenang soal pengelolaan lokasi di wilayah setempat.

GMaps itu didesign seperti layaknya tempat bank data, jadi GMaps itu butuh informasi yang terus-menerus terbaru. Sama seperti sebuah perpustakaan, semakin lengkap buku² yang ada di perpustakaan itu, maka semakin kaya juga perpustakaan itu. Sehingga apa yang disajikan untuk kebutuhan pengunjung perpustakaan juga makin lengkap.

Konsepnya seperti itu yang pertama harus kita pahami bersama.

Lalu dari mana GMaps mendapatkan informasi, data, dan segala macamnya yang dia butuhkan?

GMaps merupakan aplikasi penunjuk arah besutan dari Google. Jadi bisa disimpulkan, ini adalah aplikasi milik Google. Google memiliki mitra tertentu yang membantu mereka mengelola basis data GMaps.

Kebutuhan informasi yang GMaps perlukan antara lain peta, tampilan jalan, satelit, layanan lokasi, local guide, real-time traffic, foto udara dan pembuat aplikasi GMaps itu sendiri.

Peta ini Google mendapatkan mitra pemilik peta dan sejumlah besar lembaga mengirimkan data ke Google.

Tampilan jalan (street view) Google mendapatkan data dari koordinat GPS kendaraan, Google menutupi permukaannya dengan gambar tampilan jalan. Juga dari kendaraan khusus yang melintas di jalanan dengan bermodalkan kamera 360. Pasti kalian pernah menjumpai mobil dengan kamera besar di atasnya, saat itulah data sedang dikumpulkan, mungkin ketika mobil itu lewat kalian bisa melambaikan tangan ke kamera, siapa tahu anda akan terekam di street view GMaps.

Satelit, dalam hal ini Google bermitra dengan internal mereka sendiri yakni Google Earth untuk mendapatkan pemetaan citra satelit yang dimiliki.

Layanan lokasi ini, Google mendapatkannya dari lokasi yang dikumpulkan smartphone kita yang berbasis pada android Google.

Local guide, nah ini juga jadi mitra Google. Di akun Google kalian, kalian juga mendapatkan akses menjadi local guide bukan? Nah itu dia cara Google mendapatkan akses data dan informasi yang mereka butuhkan untuk memperkaya bank data mereka yang terus menerus terperbaharui. Dengan kata lain, kontribusi kalian terhadap Google selama ini juga adalah salah¹ sumber informasi Google.

Real time traffic, diperoleh Google dari sensor lalu lintas, yang sebagian besar dipasang oleh lembaga transportasi pemerintah yang khusus mengumpulkan data lalu lintas. Dengan menggunakan radar, sensor tersebut mampu mendeteksi ukuran dan kecepatan kendaraan yang lewat dan kemudian mengirimkan informasi tersebut tanpa henti ke server. Data yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk memberikan pembaruan real time traffic dan setelah itu dikumpulkan digunakan pula untuk memprediksi tanggal di masa mendatang. Saat ini sejak 2009 Google beralih ke crowdsourcing untuk meningkatkan keakuratan prediksi lalu lintasnya.


Pada dasarnya sebenarnya kita adalah agen² Google yang disebar di seluruh dunia melalui toolsnya smartphone yang kita miliki ini, semakin banyak pengguna smartphone berbasis Google, maka dengan itu pula sumber data Google akan terus terisi, terupdate sepanjang waktu.

Google tidak pernah bekerja sendiri, secara resmi mereka juga bekerja sama dengan organisasi atau institusi tertentu, intinya ada pihak lain yang membantu Google.


Kecuali jika setiap negara mulai berlaku seperti China dimana mereka berusaha mengembangkan tools penunjuk arahnya sendiri, tidak mau lagi bergantung pada Google. Karena apa yang dilakukan Google itu seperti 'memanfaatkan warganya untuk keuntungan Google saja'.

Walaupun secara gak sadar memang ada timbal balik dari itu semua. Siapa sih yang gak terbantu dengan GMaps? Hayo ngaku?

Kalau saya jelas sangat terbantu sekali. Bahkan saya gak ragu ketika mau single trip sekalipun, saya gak khawatir tersesat karena ada penunjuk arah. Kalau pun GMaps menyesatkan, setidaknya saya bisa melihat peta yang lebih luas dan memilih jalur sendiri tanpa rekomendasi GMaps. Semua kembali ke pilihan kita.

Ini pernah dialami ketika saya jadi navigator ketika perjalanan dari Jakarta menuju Pulau Samosir di Sumatera sana melalui jalur darat.

Kita semua tahu di pulau Sumatera ketika lintas jalur darat, apalagi ketika malam hari resiko sangat tinggi, resiko kejahatan bisa mengintai kita. Ketika itu kendaraan kami tengah istirahat di SPBU, itu sudah selepas Palembang, mau menuju Padang kalau gak salah, entah di jalan apa. Pas di SPBU kaca jendela kendaraan kami agak terbuka dan itu ternyata memancing gerombolan 'cunguk² kriminal', jadi mereka sudah intai hanya saja kami sadar akan hal itu. Alhasil mereka itu hanya mantau dari luar dan ternyata mereka berkelompok, eh pas kita keluar SPBU dan melanjutkan perjalanan mereka membuntuti dari belakang.

Paniklah kita dan kita tancap gas, untung saja mobil kami Innova yang secara power lebih baik daripada kendaraan 'cunguk-cunguk' tadi. Saat itu untuk penunjuk arah kami tetap gunakan GMaps. Sembari mengikuti GMaps, lha koq si GMaps ini bertindak tolol, dia mengarahkan kita ke jalur semak² memotong jalur, memang jika dilihat di peta jalur itu memotong jarak, bisa tembus ke jalan lainnya.

Tapi kondisi kita saat itu tengah dibuntuti oleh 'cunguk-cunguk' itu. Nah jika kita ikut ketololan dari GMaps malah kita seperti terperangkap jadi korban kejahatan 'cunguk-cunguk' itu. Akhirnya kita memilih jalur normal lebih jauh, dan memang itu jalur normal sesungguhnya. Bayangkan jika kita mengikuti ketololan GMaps, yang ada kita masuk berita kriminal wilayah Sumatera.


Kembali lagi, teknologi cerdas jika digunakan orang cerdas, teknologi jadi tolol jika kita terjerumus sama teknologi itu sendiri.

Jadi meskipun AI itu cerdas, kita penggunanya harus lebih cerdas, jadi janganlah terlalu yakin dengan AI meski mereka pintar. Otak kita cerdas karena diolah, tapi kalau gak pernah diolah, gak pernah diisi, maka lama² jadi tolol. Sama pun, AI jika gak diisi dengan data base, AI juga sama tololnya.

Saya agak sarkas menggunakan kata itu, karena memang saya masih ingat kejadian itu. Bayangkan jika saat itu saya mengikuti GMaps, saya akan menyalahkan diri saya atas ketololan dari kesialan yang terjadi. Saya gak sial saja, ketika ingat peristiwa itu saja masih kesal, apalagi saya terjerumus oleh GMaps.


Jadi kenapa GMaps bisa salah, ya karena itu tadi, kurangnya akses informasi yang menjadi data base GMaps itu sendiri. Semakin sering kita² ini sebagai sumber informasi Google memberikan inputan, maka akan semakin tajam GMaps memberikan petunjuk, namun jika sebaliknya ya GMaps akan tumpul dan malah bisa menyesatkan.

Jadi tetaplah kembali ke kita pengguna GMaps harus lebih cerdas. Meskipun kita baru, setidaknya tidak harus banyak² informasi dan menelaah, apakah rekomendasi Google ini sesuai atau tidak, jangan pernah telan mentah².


Kira² begitulah penjelasan why bisa terjadi "disasarkan GMaps".

Saya yakin kalian pernah punya pengalaman disasarkan oleh GMaps. Atau bahkan yang seru, salah baca maps, hmm rasanya kalau itu umum sih dialami kaum hawa, coba deh ketika melibatkan kaum terkuat dimuka bumi ini untuk baca maps, hmm jika sampai tujuan sesuai rute syukurlah, jika tersesat, itu bukan salah GMaps nya, mungkin perlu dicek yang baca maps nya siapa?

Biasanya kaum terkuat dimuka bumi ini punya masalah orientasi jika membaca arah. Hmm, jika ada yang menyanggah bisa sekalian komen di bawah ya, biar rame nih. "Cari masalah nih sepertinya nyenggol kaum terkuat dimuka bumi" #bercyanda

Segitu saja sharing atau obrolan kali ini, membahas soal alasan kenapa GMaps terkadang sering menyasarkan kita. Jumpa lagi nanti dipost lainnya, bahas hal² lain lagi sekiranya ingin saya bahas, happy travelling don't worry lost if you have Google Maps, as long as your brain is still in your head. -THN

#onedayonepost
#jalanjalan
#opini
#umum
#googlemaps

2 comments:

  1. Hahahahahaha aku ngakak bayangin yg buka peta kertas Segede gaban 🤣🤣🤣. Eh aku juga pernah loh mas, THN 2009, pas ke Bali Ama suami. Lah zaman itu Gmaps blm secanggih Skr. Jadi kami kliling Bali pake peta kertas dari hotel 😄. Untungnya ga Segede gaban banget sih wkwkwk

    Tapi kalo di jakarta memang rasanya kocak aja kalo liat ada pengguna jalan yg buka peta yaa 😅

    Ohhh jadi ith jawabannya kenapa di beberapa kota Gmaps bisa bagus berfungsi tapi di kota lain dia rada sengklek 🤣. Aku pake Gmaps 2 Minggu full aps di Jepang. Waktu di kota2 yg banyak turis membantu banget. Sampe daftar kereta aja dia tahu.

    Giliran aku ke kota kecil antah berantah di Jepang, si Gmaps mulai deh nyebelin, bikin nyasar kami berdua hahahaha. Ampuun deh.

    Btw, aku jago kalo liat peta mas 😁. Karena sering road trip Ama suami, jadi tugasnya dia bawa kendaraan, aku yg baca Gmaps nya. Selamat sampe tujuan so far 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantab, ini kerja tim yang luar biasa, driver dan navigator 👍.

      Tingkat kesulitan baca Maps di Jepang apakah ada kesulitan? Dibayangan sy GMaps ny pakai bahasa Jepang, padahal pakai bahasa Inggris bisa ya.

      Seru² punya partner jalan²

      Delete