Hidup butuh uang, itu jelas, karena kita hidup dijaman modern seperti ini. Ya kalau pun hidup dijaman 'batu' misalnya, tetap saja kita harus punya sesuatu yang bisa ditukar, karena jaman itu sistemnya barter. Harus tetap punya kan, kalau gak punya, mau tukar dengan apa coba?
Satu dua hari ini telepon eksternal di meja saya bekerja kerap berbunyi, ada panggilan dari luar yang masuk dengan maksud tujuan menagih hutang, ada tagihan cicilan yang belum dibayar oleh seseorang.
Jadi si penghutang ini adalah salah¹ karyawan di tempat saya bekerja, hanya beda departemen. Nah ybs. ini menggunakan kanal telepon eksternal ini, dimana ketika ada telepon dari luar masuk itu bisa direct tanpa harus masuk ke lobi repsisionis. Namun kelemahannya telepon yang masuk tidak bisa diflash ke jaringan lokal. Kanal telepon inilah yang sering digunakan untuk diberikan sebagai nomor alternatif untuk 'kontak darurat' atau 'kontak rekomendasi' saat pengajuan² kredit, tanpa sepengetahuan kita di ruangan itu yang jadi penerima telepon.
Alhasil saya dan teman² sering menerima telepon dari luar yang mencari seseorang, tanya tagihan dll.
Nah yang agak bikin 'ramai' ya 1-2 hari ini telepon yang masuk menagih mulai intens, dimana teman kiri meja saya dapat jatah angkat telepon sekali, saya 2x dengan vendor pinjol berbeda kanan saya sekali dan teman yang lain sekali.
Saya pun sudah memberitahukan ke ybs., yang tengah terjerat tagihan pinjol ini. Beliau ini juga menyampaikan permohonan maafnya, "sudah mengganggu".
Ilustrasi, gambar diambil dari Google
Entah ya alasannya apa ybs. sampai harus meminjam uang pakai jalur seperti ini, tapi yang pasti kepepet iya. Pinjam ke siapapun, mau online, mau teman, kerabat atau siapapun, konsepnya ya bayar tepat waktu.
Ini kita bahas secara umum, jadi objek/subjek pembicaraan bukan ke teman yang berhutang ini. Tapi berharap apa yang terjadi bisa untuk berkaca dan instropeksi, miripkah, sesuaikan atau bedakah.
Kenapa sekarang teman, kerabat atau siapapun yang di sekitar kita seperti resisten dengan utang, pinjam uang, karena ya balik ke karakter peminjam mayoritas itu tidak punya tanggung jawab. Ketika berhutang memelas, ketika waktunya membayar seperti lupa dan malah playing victim. Itulah alasan kini berhutang pada orang sekitar terdekat sudah tak mungkin lagi bisa, karena ada resisten ini.
Akhirnya, solusi lain adalah pinjol. Tapi balik lagi, jelas ada konsekuensi. Sebenarnya yang berhutang ini gak tahu diri. Ketika meminjam pada orang terdekat di sekitar itu sudah cukup baik, harusnya ya dibayar sesuai jadwalnya, kalau pun menagih pun masih wajar, tapi si penghutang malah 'lebih galak', playing victim dll. Sekarang, ketika mereka resisten, pinjol pun sebenarnya sama saja ketika kalian berhutang pada orang terdekat sekitar, tapi pinjol adalah sistem yang sudah paham pola lama, sehingga sistem dia lebih tegas, telat 1-2 waktu periode jika dibiarkan akan melunjak, dan itulah dia kenapa sistem penagihan dipinjol sangatlah tegas.
Bisa saja sistem hutangan konvensional melalui orang terdekat sekitar menggunakan metode ini, namun kembali lagi karena kita manusia, kita masih punya hati, hanya saja yang dikasi hati gak tahu diri. Memang manusia itu harus ditegesin, gak bisa dilonggarin. Banyak sih penghutang² sampah, yang berhutang dan kabur, lalu melakukan hal itu lagi. Banyak yang kaya gitu diluaran sana. Oknum? Masa si hanya oknum, coba saja dihitung, berapa persen si hingga layak disebut oknum, kayanya lebih banyak deh.
Saya sendiri saat ini masih punya beberapa piutang di orang lain dengan status macet dan gak ada kejelasan. Andaikan saya pakai sistem pinjol, efeknya pasti akan sama, tapi saya bukan sistem pinjol, saya ini manusia. Walaupun pinjol sistem juga dijalankan manusia, tapi tetap bagi saya sistem seperti yang sudah jadi sebuah lembaga adalah sebuah 'robot'.
Saya bahkan nyumpahi itu orang mati kecelakaan dengan kendaraannya. Baik kendaraan hutang, pinjam atau miliknya sendiri.
Bahkan ada satu yang hutang beli motor ke saya sampai saat ini belum bayar dan gak jelas. Saya bahkan nyumpahi itu orang mati kecelakaan dengan kendaraannya, baik kendaraan hutang, pinjam atau miliknya sendiri. Gak iklas saya, karena gak ada itikad baik sama sekali. Siapa dia bisa dibaca ditautan di bawah ini.
Baca juga: Penanganan Kartu Baru dan Kartu Lama
Hmm, lalu bagaimana si agar kita tidak terlibat dalam aktivitas pinjol ini? Jawaban paling simpel adalah bergaya hidup selayaknya kemampuan mu! Kalau gak mampu ya sudah, sadar diri. Jika pun terpepet harus berhutang karena hal mendesak?
Rekonstruksi situasi, gunakan opsi² dan solusi, tiap opsi harus ada solusi, dan lakukan step by step, jangan sekaligus dan diskusi ini dengan partner mu jika sudah berkeluarga, jika sendiri diskusilah dengan kacam lihat dirimu dikaca, dan sadar diri kemampuan mu! Meminjamlah sesuai kemampuan mu! Supaya bisa bayar! Setelah itu carilah sumber Dana setelah tahu dari mana kamu akan mengembalikannya!
Jika sudah terpepet pinjam, dan anda harus melunasi hutang anda, ada baliknya anda memahami beberapa hal ini:
✓ Jauhi opsi gali lobang tutup lobang dalam berhutang. Membayar hutang dengan hutang dipihak lain, jika sistem berjalan itu masih oke. Tapi kebanyakan manusia itu bobrok. 1-2x oke, setelahnya itu hancur. Jadi lupakan opsi ini jika anda gak mampu. Lebih baik berkaca pada diri sendiri.
✓ Identifikasi hutang, ada berapa pos hutang mu dan Identifikasi mana yang paling prioritas. Semua hutang adalah prioritas. Tapi perhatian fokus pada penyelesaiannya, mana yang jatuh tempo terdekat harus segera diselesaikan, karena berimbas pada bunga atau rusaknya jalinan silahtirahmi.
✓ Buat rencana anggaran. Jika kamu punya pemasukan dan tengah berhutang. Jangan harap apa yang kamu dapat adalah milik mu saat itu. Saat kamu punya hutang, pendapatan mu adalah hak orang, jadi harus diatur untuk mengembalikan hak orang lain dulu, jika setelah lunas barulah itu kembali jadi milik mu. Sadar dirilah!
✓ Berdasar hitungan matematis, anggaran yang direncanakan gak sesuai (baca: defisit). Maka carilah sumber pendapatan baru. Ingat, pendapatan yang akan kamu cari itu adalah fokus untuk bayar hutang dan untuk mencukupi kebutuhan dasarmu, jadi berusaha lebih untuk cari sumber pendapatan baru.
✓ Jika punya daa darurat, gunakanlah dengan bijak. Kembali gunakan prinsip berkaca, sadar diri dengan kemampuan mu. Jika mampu berbuat lebih lakukanlah.
✓ Konsisten untuk melakukan pembayaran hutang sesuatu jatuh temponya, jangan molor. Bahkan jika hutang sudah lunas, pola yang sama bisa dilakukan untuk konsep saving, itu bisa memperbaiki anggaran keuangan mu untuk masa depan.
Siapapun pasti inginnya gak berhutang. Karena berhutang itu melelahkan, capek fisik dan mental, akhirnya juga merusak silahturahmi dengan sesama, itu bener terjadi lho, jadi sadar dirilah. Jangan berpikir anda jadi penghutang, bayangkan anda dihutangi tapi gak dibayar, sedangkan hidup anda pas²an juga. Jadi hindari playing victim dalam hal ini.
Saya sendiri bukan orang yang anti hutang, saya ya punya hutang juga. Bahkan masih juga melakukan pembayaran cicilan, tapi masih dalam batas kemampuan saya. Pasti harus ada yang dikorbankan ketika berhutang, dan saya sadar diri atas hal ini. Itu yang membuat saya mampu mengelola diri. Belum lagi orang tua (ibu) saya mendidik lebih baik menabung daripada hutang, cicilan itu untuk tabungan bukan bayar hutang.
Ketika kita berhutang pada pinjol, ya itu kita seperti kaya dikejar-kejar, hidup gak tenang, penghasilan yang harusnya bisa buat memenuhi kebutuhan hidup dasar harus digerus buat bayar cicilan yang memang jadi kewajiban dibayar. Belum lagi ketika lingkungan kita jadi tahu kalau kita berhutang sampai ditagih-tagih hingga lingkungan kerja, pastinya gak akan nyaman lagi hidup sampai semua tunggakan itu terselesaikan.
Repot ketika memang sih penagih hutang sudah masuk ranah pribadi, kehidupan sekitar kita, wah bener², hidup kaya sudah rusak. Untuk orang normal pasti akan merasa seperti itu. Kecuali emang mental orangnya tukang hutang, ada lho orang macam begitu, yang cuek dan justru menikmati.
Intinya sebaik-baiknya hidup lebih baik hidup normal sesuai kemampuan kita, gak perlu berhutang kalau gak mampu bayar, gunakan kaca setiap saat untuk berkaca pada diri sendiri. Memang gak ada yang tahu, oleh karena apa kita terjerat dengan hutang begini, tapi jika pilihannya ada pada kita seharusnya jangan memilih jalan ini, karena berat pasti gak akan kuat.
Semoga kita bisa belajar dari kasus hutang begini dari orang² di sekitar kita supaya kita gak terjerumus ya. Malu lho hutang gak bayar, walaupun hutang bukan suatu yang haram. Bahkan bisnis² besar bisa maju karena hutang. Kalau anda punya mental mengelola itu semua dengan baik lakukanlah, tapi sadar diri kalau gak mampu jangan sok mampu, umumnya kejeblos sendiri. -THN
#onedayonepost
#hutang
#bayarhutang
#opini
#umum
Lebih baik dikejer-kejer marketing yang nawarin kita pinjaman, daripada kita dikejar tagihan untuk bayar cicilan.
ReplyDelete