Tadinya akhir pekan ini rencananya itu saya dan teman-teman akan ngecamp di pinggir pantai Malang Selatan. Rencana ini sudah dibahas pada Sabtu minggu yang lalu. Segala teknis dan kebutuhan untuk camping nanti sudah dibahas. Tapi pada akhirnya rencana ini batal dilaksanakan.
Why?
Jadi waktu awal merencanakan ngecamp, kami semua tidak melihat bahwa pada minggu depan itu jatuh malam satu suro. Jadi kita tetap merencanakan bahwa Sabtu ini kita berangkat ke. Tapi pada hari Rabu atau Kamis salah satu dari kami ada yang menyadari bahwa sabtu nanti adalah malam satu suro.
Karena mayoritas anggota dalam kelompok kami ini adalah muslim dan kebiasaannya pada malam satu suro itu tidak boleh pergi ke mana-mana karena ada pantangan atau hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi apabila dilanggar. Alhasil kami semua membatalkan rencana kemping pada Sabtu ini. Dan belum tahu akan di reschedule pada akhir pekan yang mana.
Saya sendiri tidak terlalu percaya dengan hal-hal kejawen, mau malam satu suro, mau malam sebelum kiamat misalkan sudah direncanakan ya tetap harus berangkat. Intinya selama kita masing-masing berhati-hati okelah bisa diminimalisir toh bahaya ataupun bencana bisa terjadi kapanpun.
Malam satu suro adalah malam sebelum 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, yang dimulai setelah maghrib. Kalau di kalender internasional mungkin malam ini dianggap sebagai malam tahun baru, tetapi tahun baru menurut kalender Islam. Karena kalau malam tahun baru kalender internasional itu jatuh di 31 Desember setiap tahunnya. Malam satu suro juga disebut sebagai malam tahun baru kalender Jawa.
Kalender Jawa merupakan penggabungan dari Kalender Saka dan kalender Hijriyah. Kalender Saka merupakan kalender dalam perhitungan tanggal masyarakat Hindu.
Bedanya kalau malam tahun baru di kalender internasional itu kita malah sebaliknya, kita bisa berpesta dan berkumpul bersama teman-teman untuk melewatkan malam pergantian tahun. Ada pula yang mengisinya dengan berdoa bersama, bernyanyi bersama, bakar-bakar dan makan bersama dengan teman atau sanak keluarga. Malam tahun baru kalender internasional justru lebih banyak acara yang bisa dilakukan entah itu positif atau negatif. Bahkan tidak ada pantangan tertentu jika melakukan hal negatif di malam tahun baru akan kena sial. Karena untuk urusan sial atau bencana atau apapun itu tidak ada yang tahu.
Lalu saya coba iseng membaca artikel apa sih larangan yang tidak boleh dilakukan ketika malam satu suro? Saya menemukan banyak artikel yang membahas soal ini dan saya coba sebutkan di bawah ini.
Ilustrasi, malam bulan purnama. Gambar diambil dari Google
Larangan keluar di malam hari
Banyak masyarakat percaya bahwa ketika malam satu suro lebih baik berdiam diri di rumah, karena jika dilanggar akan mendatangkan kesialan atau hal negatif bagi yang melanggar.
Kalau yang saya baca diartikel yang lain, keluar rumah tanpa tujuan yang jelas akan mendatangkan kesialan jika di lakukan pada malam satu suro. Tetapi kalau punya tujuan yang jelas seharusnya kan tidak masalah?
Tidak boleh mengadakan pesta atau hajatan
Nah ini sekaligus menjawab pertanyaan saya yang kebetulan terganggu dengan beberapa hajatan yang menutup akses jalan. Tadinya saya pikir hajatan ini akan berlangsung dihari Sabtu atau Minggu, tapi ternyata tidak justru dihari Jumat ini hajatannya makin ramai, dimulai lebih awal dari akhir pekan. Ternyata Sabtu nanti adalah malam satu suro, dimana banyak orang mempercayai bahwa pada malam satu suro tidak boleh mengadakan pesta atau hajatan. Mungkin jika malam satu suro jatuh di hari lain, maka pesta atau hajatan akan digelar pada akhir pekan.
Karena bagi kebanyakan orang terutama orang Jawa menganggap pamali menyelenggarakan pesta atau hajatan pada malam satu suro dan hanya akan mendatangkan bencana atau petaka. Walaupun secara dalil muslim tidak ada larangan menggelar pesta atau hajatan di bulan tertentu bahkan termasuk dibulan Muharram.
Tidak boleh berbicara atau berisik
Salah satu ritual yang hanya ada di Keraton Yogyakarta saat malam satu suro adalah mubeng benteng dan tapa bisu. Pada ritual ini tidak diperbolehkan berbicara atau berisik, sehingga ini jadi pantangan saat malam satu suro, ya tentunya di Keraton Yogyakarta. Kalau di tempat lain sih masih boleh berbicara tapi kalau berisik dan bikin gaduh mungkin itu yang agak dilarang ya karena mengganggu masyarakat yang lain.
Dilarang berkata kasar
Sebenarnya kalau yang ini sih bukan malam satu suro pun tidak dianjurkan bahkan kalau bisa ya dilarang atau pantang dilakukan. Masa iya hanya karena malam satu suro saja dilarang atau pantang berkata kasar atau buruk, terus hari-hari biasa kita boleh melakukan itu, kan bukan seperti itu konsepnya. Setiap hari ya kita tidak boleh berkata kasar atau buruk kepada siapapun.
Masyarakat Jawa percaya ketika malam satu suro banyak makhluk gaib yang keluar mencari manusia yang bertindak lalai. Bertindak lalai di sini adalah berkata kasar.
Dilarang pindahan atau membangun rumah
Tidak disarankan pindah rumah atau membangun rumah pada malam satu suro bagi masyarakat Jawa ini akan mendatangkan kesialan.
Apakah kalian punya pantangan atau larangan lain ketika malam satu suro? Mungkin bagi kalian yang masih menganut kejawen pasti punya banyak pantangan atau larangan yang tidak boleh dilakukan.
Kalau saya karena saya bukan kejawen meskipun saya orang Jawa, saya tidak terlalu percaya dengan hal-hal seperti ini. Ya mau itu malam satu suro atau malam apapun ya sama seperti hari-hari lainnya. Tidak ada hari baik atau hari buruk, semua hari adalah sama. Hanya kalau bagi pekerja hari Senin adalah hari yang paling melelahkan dan hari yang paling nikmat adalah hari mendekati libur atau hari kejepit.
Kembali membahas malam satu suro, malam satu suro mayoritas dianggap sakral dan keramat bagi masyarakat Jawa. Karena saya kebetulan tinggal di Jawa sehingga hal ini sangat akrab di telinga saya.
Menurut masyarakat Jawa pada malam satu suro merupakan malam yang sakral karena memiliki Aura mistis sehingga sering diwarnai beragam mitos. Bagi masyarakat Jawa terutama di daerah Jogjakarta, dipercaya bahwa pada malam satu suro pasukan dari Nyi Roro Kidul yang adalah ratu pantai selatan pergi menuju ke keraton atau ke Gunung Merapi.
Hal ini sudah terjadi turun temurun yang diwarisi oleh para leluhur sebagai sebuah cipta, rasa dan karsa, di mana malam satu suro merupakan penggabungan dari kalender Islam dan kalender Jawa.
Sebagai penutup saya punya satu pertanyaan, dari tadi kan yang dibahas soal budaya Jawa, nah lalu bagaimana dengan malam satu suro bagi masyarakat non Jawa, misalnya masyarakat yang ada di Kalimantan kah, di Sumatera kah, di Sulawesi kah, di Ambon kah, atau di Papua apakah mereka memahami soal malam satu suro?
Entahlah ini soal rencana nge-camp akan diganti di akhir pekan yang mana, karena akhir pekan Minggu depan saya sepertinya tidak bisa ikut karena hari Seninnya saya harus mempersiapkan untuk meeting tinjauan manajemen, yang pasti saya harus begadang lagi untuk mempersiapkan data bahan meeting. Untuk minggu depannya lagi saya pun tidak bisa karena saya harus pergi ke Madiun untuk ikut training atau pelatihan budidaya sidat. Mungkin akhir bulan Juli saya bisa ikut, pastinya sih budget anggarannya sudah menipis karena belum gajian dan sudah dihabiskan untuk biaya perjalanan saya ke Madiun.
Ya kita lihat saja nanti kapan realisasi untuk ngecamp bareng, bisa jadi saya melewatkan momen ini bersama teman-teman atau mungkin saya membuat acara untuk diri saya sendiri, memang sudah beberapa bulan saya tidak melakukan aktivitas outdoor seperti ngecamp, jadi ada rasa kangen tersendiri sih. Mudah-mudahan segera terealisasi dalam waktu dekat.
Sekian dulu catatan saya kali ini nanti akan saya bahas pada postingan berikutnya atau pembahasan lainnya, sampai jumpa lagi bye. -THN
#onedayonepost
#opini
#umum
#voiceboard
No comments:
Post a Comment