Saat ini saya tengah mencari aktivitas yang sekiranya bisa jadi obat healing, menghadapi kenyataan, menghadapi kondisi dismotivasi, serta rasa 'sakit' yang double impact dari yang sebelumnya.
Berkendara sendiri atau saya gunakan istilah single trip kembali akan saya lakukan. Kalau jaman saya masih 'susah', hmm sekarang juga masih sih hanya sekarang bisa lebih baik. Saat ini ketika single trip saya menggunakan mobil.
Ilustrasi, gambar diambil dari Google
Tapi saya hadapi resiko jika berkendara sendiri jarak jauh, yaitu mengantuk. Walaupun resiko ini saat ini sudah sedikit bisa diatasi dengan kopi. Hobi baru saya brewing coffee sedikit membantu melawan kantuk.
Tapi tetap saja ketika kantuk sudah menyerang resiko mengantuk per sekian detik itu selalu ada. Dua hari ini saya kan lagi membantu bestie pindahan kos, pindahannya itu dini hari, waktu dimana saatnya tubuh dan mata ini beristirahat, alhasil ketika mengemudi saya menghadapi kantuk berlebih. Sempet beberapa detik saya pejamkan mata dan kendaraan nyaris oleng. Tapi untungnya tidak mengalami hal² yang tidak diinginkan.
Sebelumnya saya sudah pernah membahas soal resiko ini dipostingan diblog saya yang lain, yaitu soal bahaya micro sleep ketika mengemudi. Kala itu tahun 2018 saya sudah mulai menyadari resiko berdasarkan analisa resiko yang mungkin saya alami.
Baca juga: Bahaya Microsleep Ketika Mengemudi
Saya juga coba buat catatan soal analisa² lain dimana saya yang punya kebiasaan mengorok, katanya kondisi itu sebenarnya tak disarankan untuk mengemudi. Saat itu saya post pada pertengahan tahun 2019.
Selanjutnya masih juga membahas soal resiko² tersebut. Saya sempet berpikir apa karena efek sering menguap, pada tahun 2019 itu saya juga sempet buat postingan soal hal tersebut.
Baca juga: Menguap Terlalu Sering, Menandakan Apa?
Ketika perjalanan jarak jauh dengan berkendara mobil, bagi mayoritas driver merupakan hal normal, cuma kalau buat saya ini kayanya beda deh. Gak tahu ya, saya ini seperti ada rasa was², karena ngantukan ini.
Upaya yang saat ini dilakukan ya mengakrabkan diri dengan kopi. Mensugesti otak, bahwa kopi itu bisa membuat saya terjaga, walaupun sebenarnya jikaau jujur ketika saya ngantuk ya tidur² saja, karena sebenarnya efek kopi tidak begitu pengaruh. Satu hal yang membantu adalah bagaimana saya mengkondisikan sugesti bahwa kopi bisa membuat saya terjaga.
Beberapa manual brewing kopi saya beli untuk saya jadikan senjata. Dan itu semua saya siapkan di bagasi sebagai barang bawaan wajib ketika berpergian jauh, terutama ketika menyetir sendiri.
Sebenarnya, satu hal yang saya butuhkan bukan sekedar kopi, tapi adalah partner. Yups partner yang memang benar² partner, bukan penipu.
Bahaya atau resiko ketika berkendara dalam kondisi mengantuk / micro sleep ya kendaraan bisa saja kehilangan kendali dan tabrakan, entah nabrak belakang kendaraan, atau berpindah jalur nabrak kendaraan arah berlawanan atau malah nabrakan kendaraan ke sisi kiri jalan bisa rumah² atau pejalan kaki.
Seperti kasus laka beberapa waktu di wilayah Pakis, Malang. Sebuah mobil APV hitam yang tiba² hilang kendali menabrak kendaraan lain di arah sebaliknya, #brak, korban jiwa jatuh. Jangan sampai itu terjadi pada kita, atau ya saya ini yang punya potensi ke arah sana, apabila mengantuk ketika berkendara.
Selain itu, ketika berkendara sendiri, kita harus memastikan semua berjalan baik, karena kalau tidak pastinya kita akan repot sendiri, karena tidak ada bantuan. Meskipun di luar sana selalu saja ada kemungkinan.
Berikut ini beberapa resiko ketika memilih memutuskan untuk single traveling yang saya kumpulkan dari berbagai sumber, sbb.:
✓ Karena sendiri pastinya tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol atau cerita atau sekedar berdiskusi.
✓ Akan kewalahan dalam mengatur anggaran perjalanan, karena tidak bisa dibagi bersama, karena semua sendiri ya anggarannya full ditanggung sendiri.
✓ Dari sisi keamanan, karena pergi sendiri resiko keamanan patut diperhitungkan, tidak bisa saling menjaga satu sama lain. Kewaspadaan ketika ada 2 orang atau lebih pastinya akan lebih baik daripada sendirian.
Itulah kira² resiko² yang harus dihadapi ketika memilih melakukan single trip atau solo trip atau solo traveling.
Belakangan memang sudah pernah saya lakukan sejak 2018 hingga saat ini, situasi yang membuat saya harus mulai terbiasa dengan itu semua. Setiap trip yang saya lakukan, 'dendam' selalu menemani setiap perjalanan dengan semua ingatan² yang ada.
Itulah yang jadi penguat, guna menghadapi resiko² yang ada. So, saya percaya, orang mampu itu karena terbiasa dan saya lakukan dan akan coba buktikan itu. It's work! -THN
#onedayonepost
#umum
#opini
No comments:
Post a Comment