Wah siang ini saya terpantik masalah sepele, tapi sebenarnya pemicunya ini hanya korban.
Kalau kalian tahu bagaimana kebakaran hutan yang terjadi di lahan gambut, dari luar nampak kebakaran sudah padam, hanya ada asap putih mengepul, tapi ternyata dibalik tanah masih ada api yang membakar perlahan, karena dari sanalah asap berasal.
Asap lahir selalu dari api yang membakar sesuatu. Logika atau analoginya seperti itu dan itulah yang terjadi siang ini.
Sebenarnya saya ya salah juga, menjadikan pemicunya ini korban kekesalan saya, ya karena tak terlampiaskan dengan baik, yups saya masih menyimpan dendam yang belum bisa terbalaskan sampai saat ini.
Ilustrasi, gambar diambil dari Google
Jadi cerita kronologisnya begini:
Saya pesan makan seperti biasa, menu biasa yang saya pesan ke warung makanan langganan di dekat kantor. Biasanya makan diantar pas jam istirahat, jadi makanan dititipkan di pos, saya ambil ke pos.
Memang kebetulan siang ini juga panas hawanya. Biasanya juga memang panas juga, tapi ketika itu tidak ada pemicu apapun dan saya masih bisa menahannya dan gak ada pemicu sama sekali sehingga saya baik² saja.
Saya tipe orang yang sabar, jarang ngambul/ ngambek/ marah pada hal sepele, bahkan jika saya mengalami hal yang tidak mengenakan sekalipun saya masih bisa tahan untuk tidak meluapkannya. Walaupun apa yang buruk itu akan saya ingat betul di kepala ini, yups, dendam cuy saya ini. Akan saya ingat terus, dan waktu yang akan mengikisnya tapi jika itu tak terkikis oleh waktu berarti itu dendam yang benar² dendam bisa terbawa mati.
*padahal pesan homili awal pekan kemarin adalah soal mengampuni, tapi saya gak gereja, saya hanya membaca dari sosial media saja.
Oke abaikan dulu ya yang 'bener' nya gimana, kembali ke soal kronologis ini.
Jadi saya pas jam istirahat ambil makan ini ke pos. Kebetulan ada rekan saya yang nitip ambil minuman dingin yang dipesan di tempat yang sama. Katanya sekalian ambil kembaliannya juga.
Saya ke pos dan tunggu ternyata gak ada makanan yang datang, alhasil saya menunggu. Memang tunggu gak lama dan saat itu saya masih normal, emosi saya masih baik² saja. Sampai akhirnya datang lah yang antar makanan, tapi bukan ibu yang biasa, tapi suaminya.
Mungkin si suaminya ini gak tahu pesenan apa saja, beliau ini hanya diminta antar saja. Nah ternyata bungkusan saya itu ada dimasukan ke dalam bungkusan kresek pesanan dari karyawan lain. Setelah saya tahu itu dari mana, langsung terpantiklah emosi saya, saya sudah langsung diam.
Saya sempet membuka plastik gabungan makanan itu, tapi tidak menemukannya, akhirnya saya kesal dan ya sudah lah gak usah makan juga gak masalah. Saya langsung tinggalkan pos sembari kesal.
Saya tidak suka karena di sana itu digabungkan dengan hal yang membuat saya muak, inginnya langsung melakukan 'hakaishin' kepada yang jadi sumber api saya selama ini.
Si penjual mencoba menghubungi saya dan saya tak menggubrisnya, akhirnya saya beli makan (lagi) di warung belakang area project. Makanan yang tadi saya pesan katanya sudah di project dan saya buang, saya gak akan makan, terserah siapa yang mau makan, saya sudah terlanjur kesal.
Tadinya ketika yang punya bungkusan gabungan semua itu memberikannya, saya akan membuangnya.
Akhirnya setelah saya makan, kenyang dan tenang. Disampaikan jika makanan pesanan saya ada di pos, saya sampaikan ke security, itu makanannya dimakan saja, kalau gak ada yang mau ya buang saja.
Karena ulah saya ini, saya harus memutus silahturahmi dengan pemilik warung makan, ya setidaknya untuk beberapa waktu ke depan.
Jujur saja saya sangat dibuat kesal siang ini, karena mencampur adukan pesanan makan saya dengan 'rombongan' yang saya membencinya, yaps semua hal yang ikut dengan antek² 'gembong narkoboy' saya akan blacklist. Jadi ya karena hal itulah emosi saya jadi naik dan urusannya jadi panjang.
Begitulah kira² kronologisnya kenapa terjadi demikian. Hanya hal sepele tapi buat saya tidak sepele, karena bak api yang terbakar dilahan gambut, nampak padam tetapi tidak pada kenyataannya, dibaliknya masih panas dan siap membakar siapa saja.
Nampaknya saya perlu healing dalam waktu dekat. Tapi keuangan lagi morat-marit karena piutang di luar terlalu banyak, hampir mendekati 5000K dana di luar gak jelas juntrungannya. Hmm entahlah, harus melampiaskan kemana, no comment, I'm speachless.
Segeralah berhealing ria untuk merefresh kepala, walau tak akan menghilangkan dendam yang ada, tapisetidaknya bisa mengurangi dan mengalihkan sedikit 'api' yang membara di dalam.
Sekali maafkan ya ibu warung depan yang jadi kena imbas pantikan emosi. Lain kali, jangan lagi campur² pesanan makanan yang saya pesan dengan 'rombongan narkoboy', catat itu! -THN
#onedayonepost
#opini
#emosi
#dendam
#amarah
#gembongnarkoboy
#php
#penipuberparasmanis
No comments:
Post a Comment